Sanksi ekonomi berupa larangan impor ekspor minyak mentah terhadap Rusia oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa membuat beberapa negara diminta jadi eksportir minyak mentah ke AS. Mengutip data Politico, AS telah menyiapkan tiga daftar negara untuk menyuplai produksi minyak mentah ke negaranya setelah pasokan dari Rusia resmi dihentikan mulai Selasa kemarin (8/3/2022). Ketiga negara tersebut adalah Arab Saudi, Venezuela dan Iran.
Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki mulai melakukan pertemuan dan negosiasi dengan perwakilan dari masing masing negara tersebut. Langkah ini diambil seiring dengan menipisnya stok minyak hingga membuat harga minyak mentah Brent meroket tajam diangka 128,75 dolar AS. Menteri luar negeri AS, Antony Blinken yang dikutip dari The Guardian menyebut jika nantinya ketiga menyetujui kerjasama tersebut tentu dapat memberikan sedikit angin segar bagi AS dan UE.
Kehadiran Arab Saudi, Venezuela dan Iran di industri minyak mentah dunia terpantau cukup berpengaruh. Menurut data British Petroleum (BP) Statistical Review of World Energy 2021, Arab Saudi sepanjang tahun lalu berhasil menyuntikan pasokan minyak global sebanyak 12,5 persen atau sekitar 519,6 juta ton. Tak jauh berbeda dengan Arab, Venezueala sukses mencatatkan namanya sebagai negara dengan cadangan minyak bumi terbukti terbesar dunia dengan menyuplai 21.5 persen atau sekitar 302,809 miliar barrel.
Sementara Itu Iran yang tercatat menjadi penyuplai minyak terbesar asal Timur Tengah dengan menyumbang angka sebesar 12,0 persen dari GDP. Kendati hubungan AS dengan ketiga negara tersebut tidak terlalu baik sejak beberapa tahun yang lalu, terlebih setelah pemerintah AS kerap melayangkan berbagai tuduhan pada ketiga negara tadi. Mulai dari tudahan atas penipuan pemilu hingga kekejaman hak asasi manusia yang dilakukan pemerintah Arab.
Kasus tuduhan atas pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan pejabat dan entitas Iran, hingga tuduhan atas kecurangan pada pilpres presiden Venezuela. Meski begitu AS yakin dapat membujuk ketiga negara ladang minyak tadi, mengingat lima anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa, dapat mencapai kesepakatan dengan ketiganya pada hari Sabtu (5/3/2022) kemarin.